Kemarin
teman baikku di desa menelponku selama satu jam. Kami berbicara banyak hal.
Lalu di tengah pembicaraan, ia bertanya kepadaku tentang WhatsApp. Rupanya temanku
ingin belajar aplikasi WhatsApp. Secara jujur aku menjawabnya bahwa aku tidak
bisa bermain WhatsApp.
Temanku
seorang penjual roti bakar di depan sekolah dasar. Di rumah ia juga membuka layanan
jasa pangkas rambut. Anaknya 3 dan masih kecil-kecil. Anak paling besar namanya
Mikala dan baru masuk sekolah TK.
Aku
tahu bahwa temanku bukanlah orang kaya. Lalu aku berkata kepadanya melalui
telepon, “Dulu tidak ada listrik. Dulu tidak ada televisi. Dulu tidak ada
handphone. Tetapi orang-orang pada zaman dulu bisa hidup bahagia. Aku dulu
bermain Friendster, lalu muncul aplikasi baru Facebook. Aku ikut bermain
Facebook dan Friendster kutinggalkan. Lalu tidak berapa lama berselang, ada aplikasi
yang baru: Tweeter, Instagram, WhatsApp dan Telegram. Deretan aplikasi yang
terakhir, aku memutuskan tidak ikut. Waktuku terbatas, aku tidak mungkin
mengikuti semua teknologi tinggi (dari luar negeri) itu. Aku harus bekerja untuk
mendapatkan uang. Aku tidak bisa menghasilkan uang dari bermain aplikasi
Tweeter, Instagram dan aplikasi yang lainnya. Aku merasa tidak mendapat
keuntungan dari bermain aplikasi itu. Tetapi aku masih tetap bermain Facebook
hingga sekarang. Bukan aplikasi yang lain itu tidak bagus. Bukan itu! Tetapi
aku hanya membatasi diriku, waktuku, tenagaku, pikiranku dan keuanganku. Aku
tidak mungkin bermain semua aplikasi yang ada. Semua aplikasi yang ada itu
hanyalah sarana (teknologi) untuk mencapai kebahagiaan (kesenangan) dalam
kehidupan. Dan semua itu tidak harus selalu ada dalam kehidupan kita.”
Mendengar
penjelasanku ini, akhirnya temanku mengerti. Dalam hal ini bukan berarti aku
tidak membolehkan temanku untuk belajar WhatsApp. Tetapi aku mengingatkan
temanku untuk berhati-hati dalam membuat keputusan. Jangan sampai keputusan
yang diambil itu membebani pikirannya sendiri. Dan kemudian mempengaruhi keuangan
keluarganya. Ada banyak kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi lebih dahulu. Apalagi
untuk pendidikan untuk anak-anaknya yang masih kecil.
Sama
seperti Facebook, bahwa WhatsApp atau aplikasi yang lainnya hanyalah
alat/sarana/teknologi untuk mencapai kebahagiaan (kesenangan) hidup. Dan semua itu tidak
harus selalu ada dalam kehidupan kita. Ada banyak cara lain untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup.....
Ditulis Oleh : Sri Widodo, ST; Jl Sawo 4 Rawamangun Jakarta Timur; 4 April 2016
ARTIKEL LAIN:
IBUKU-CERITA DARI DESA
IBUKU BERHARAP BERAS ITU MAHAL
IBU-JANGAN MARAH LAGI
PAK-JANGAN MENGELUH LAGI
UMROH-BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH
WAHAI FATIMAH
KELUARGA NABI ISMAIL AS
ARTIKEL LAIN:
IBUKU-CERITA DARI DESA
IBUKU BERHARAP BERAS ITU MAHAL
IBU-JANGAN MARAH LAGI
PAK-JANGAN MENGELUH LAGI
UMROH-BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH
WAHAI FATIMAH
KELUARGA NABI ISMAIL AS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar