Jumat, 06 Mei 2016

3 TINGKAT KESULITAN – SULITNYA PAHAM TERHADAP SESUATU



Jika anda tidak paham tentang omongan atau tulisan seseorang janganlah langsung anda marah. Karena sesungguhnya sangat sulit (ke-1) untuk menjadi orang yang benar-benar paham tentang suatu masalah. Setelah kita menjadi orang yang paham, kesulitan bagi kita berikutnya (ke-2) adalah bisa melakukan apa yang kita pahami dan melakukan dengan benar.

Ketika kita sudah paham dan sudah bisa melakukan apa yang kita pahami dengan benar. Maka kesulitan yang berikutnya (ke-3) adalah menyampaikan apa yang telah kita pahami dan apa yang telah kita lakukan itu kepada orang lain. Agar orang lain itu bisa memahami dan melakukan sama seperti apa yang kita pahami dan lakukan. Sama seperti kesulitan saya untuk menyampaikan tulisan di wall ini. Saya berusaha agar semua orang yang membaca tulisan saya paham dengan maksud saya tanpa ada kesalahpahaman. Tetapi karena keterbatasan saya, mungkin masih ada orang yang belum paham. Atau bahkan salah paham. Sebagian orang akan menganggap saya begini dan begitu.

Belajar dari orang hebat seperti Presiden Soekarno. Dahulu beliau pernah mengalami kesulitan ketika menjelaskan tentang makna Pancasila kepada para mahasiswa UGM. Kita tahu mahasiswa UGM adalah kumpulan orang-orang yang sangat pintar di Indonesia. Tidak seperti sekarang, saat itu hanya ada sedikit kampus di Indonesia. Di depan orang-orang pintar itu, Presiden Soekarno harus banyak bicara ngalor- ngidul (ke sana kemari) selama berjam-jam. Bahkan beliau sendiri bilang sampai mulutnya meniren karena lelah bicara. Lalu ia memberikan kiasan seni orkhestra yang dipimpin seorang dirigen. Di situ ada banyak pemain musik yang berbeda berkumpul. Mereka bersatu dan bekerja sama memainkan sebuah lagu. Kumpulan pemain musik itu dikendalikan (dipimpin) oleh seorang dirigen (atau konduktor???---maaf saya lupa sebutannya). Dengan kiasan seperti itu para mahasiswa UGM yang pinter-pinter itu baru paham tentang makna Pancasila.

Pengalaman saya sendiri: Saya pernah belajar mesin pendingin seperti AC dan lemari es. Bidang keahlian saya bukan tentang mesin pendingin. Tapi saat itu saya penasaran tentang: Bagaimana mesin AC bisa mendinginkan ruangan? Saya sudah baca banyak buku tentang mesin AC. Saya sudah bertanya pada teman saya yang ahli di bidang AC. Tetapi pikiran saya saat itu masih menyangkal tentang teori mesin pendingin. Padahal mesin itu bukan sesuatu yang baru. AC, kulkas dan mesin pendingin sudah ada di sekitar saya puluhan tahun yang lalu. Tetapi saya baru benar-benar paham tentang mesin AC setelah 10 tahun. Saya memahami teori tentang mesin pendingin. Dan saya tidak menyangkal lagi tentang teori mesin pendingin. Itu baru terjadi beberapa tahun yang lalu.

Belakangan saya teringat dari kisah Nabi Ibrahim AS, dari buku yang pernah saya baca. Buku yang pernah saya baca itu sekarang entah dimana saya tidak tahu. Dalam buku itu di kisahkan bahwa beliau mencari Tuhan yang sesungguhnya itu setelah pencarian selama 22 tahun. Semula ia berpindah dari satu keyakinan ke keyakinan yang lainnya. Matahari, Bulan dan Bintang adalah tiga hal yang pernah beliau anggap sebagai Tuhan. Sampai pada akhirnya beliau menemukan dan meyakini Tuhan yang sebenarnya. Tuhan yang sama seperti kita yakini selama ini, Tuhan Yang Maha Esa.

Begitulah mengenai kepahaman tentang suatu ilmu. Tidak semuanya mudah dan langsung kita pahami segera. Kadang banyak masalah dan waktu yang harus kita lalui lebih dahulu. Bukan hanya dalam sehari atau dua hari, tetapi bertahun-tahun. Belajar dari pengalaman orang setingkat Nabi Ibrahim AS, perlu waktu 22 tahun. Itu waktu yang cukup lama. Kalau kita mau jujur, bisa jadi orang-orang seperti kita baru benar-benar paham tentang ke-Tuhan-an lebih lama dari itu (22 tahun). Atau bisa jadi sebagian dari kita yang baru bisa memahami tentang ke-Tuhan-an ketika usianya telah senja....

… Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. … (QS. Al Baqarah 2: 255) ****bagian dari ayat kursi