Rabu, 19 November 2014

ALLAH DIMANA?


Dulu. Pertanyaan itu pernah terlintas dalam benak saya, berulang kali. Di saat saya masih bimbang dan sedang dalam pencarian keagamaan saya. Rasanya sangat sulit untuk bisa menerima konsep keberadaan Allah yang ada dalam kitab yang saya pelajari. Ada banyak hal yang saling bertentangan dalam satu kitab suci.

Dari kitab agama saya, Al Qur’an, saya menemukan ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam, Allah berada di langit ke-7. Dalam benak saya, itu sangat jauh sekali, jangankan langit ke-7, langit pertama saja saya tidak bisa menjangkau. Apalagi langit ke-7. Sangat sangat sangat sangat... dan sangat jauh sekali. Sementara di dalam Al Qur’an ayat yang lain, saya juga menemukan bahwa Allah itu sangat dekat, dan bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. 

Pertama mengetahui hal ini, saya memberontak dalam pikiran saya. Bagaimana sesuatu yang seolah-olah bertentangan berada dalam kitab suci yang satu. Saya pernah meragukan akan kebenaran dari kita suci agama saya. Bertahun-tahun dalam pencarian saya akan kebenaran, tidak terjawab. Hingga saya menemukan suatu buku yang memuat hadist Nabi Muhammad SAW, yang menyatakan bahwa, “Al Qu’ran itu mempunyai beberapa wajah, janganlah mempertentangkan apa-apa yang di dalamnya.” Saat itu saya merasa sudah menemukan jawaban terbaik dari pencarian akan kebenaran. Dalam agama, kita mengedepankan, kepercayan, keyakinan dan bukan logika. 

Ketika saya berusaha untuk menelusuri lagi sumber hadist itu, saya tidak menemukan. Seingat saya, saya pernah membacanya di sebuah tempat di kota Yogyakarta. Tapi saya tidak ingat dimana dan bukunya siapa (teman saya)? Ketika waktu berlalu dan saya berusaha mencari dan bertanya kepada beberapa orang teman, saya tidak menemukan. 

Tetapi saya menemukan hadist yang secara makna hampir sama artinya yaitu:
Diriwayatkan dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya (yakni ‘Abdullah bin ‘Amru RA), bahwa suatu hari Rasulullah Shalallahu`Alaihi Wassalam mendengar sejumlah orang sedang bertengkar, lantas beliau bersabda, “Sesungguhnya, umat sebelum kalian binasa disebabkan mereka mempertentangkan satu ayat dalam Kitabullah dengan ayat lain. Sesungguhnya Allah menurunkan ayat-ayat dalam Kitabullah itu saling membenarkan satu sama lain. Jika kalian mengetahui maksudnya, maka katakanlah! Jika tidak, maka serahkanlah kepada yang mengetahuinya.” (Hasan, HR IbnuMajah [85], Ahmad [II/ 185, 195-196],dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah[121]).

Dalam beragama (apapun) modal utamanya adalah rasa percaya, ketaatan, pengetahuan dan kesabaran. Semua itu satu kesatuan yang harus ada secara bersamaan dalam diri kita. Jika tidak demikian, ritual agama tidak akan berjalan. Karena seolah-olah kita berada dalam kebodohan, sesuatu yang tidak logis, melakukan sesuatu hal yang sia-sia, membuang-buang waktu, membuang-buang biaya, membuang-buang energi. Dan anehnya banyak umatnya yang kuat-kuat meyakini dan melakukan ritual yang harus dijalankan.

Bertahun-tahun dalam pencarian akan kebenaran, saya menemukan dualisme (bertentangan/berlawanan) yang ada di bumi ini. Seperti adanya siang dan malam. Adanya baik dan buruk,. Adanya jauh dan dekat, adanya timur dan barat. Adanya utara dan selatan. Adanya pria dan wanita.  Adanya kaya dan miskin. Adanya tinggi dan rendah. Adanya panas dan dingin. Adanya positif dan negatif. Itu semua adalah suatu realitas yang ada dalam kehidupan kita, di dalam dunia (bumi) kita. Ini adalah jawaban terakhir dan terbaik dari pencarian saya akan kebenaran. Kenapa ada beberapa yang bertentangan ayat dalam Al Qur’an? Seperti  itulah. Saya memahami betapa sulitnya membuat kesimpulan dari kitab suci agama saya. 

Sama sulitnya memahami betapa besar dan luasnya bumi ini. Ada banyak kota dan tempat menarik untuk dikunjungi, dan sayangnya saya tidak mungkin mengunjunginya. Ada banyak orang yang berada di bumi, dan tidak mungkin bagi saya untuk bertemu atau sekedar memberi salam. Ada banyak macam makhluk kehidupan yang tinggal, baik yang terlihat ataupun tak terlihat. Dan banyak hal yang ada di dalamnya yang saya tidak ketahui, kecuali hanya sedikit bagian saja.

Memahami Allah (dimana)? Memahami isi kandungan Al Qur’an?  Saya membayangkan lebih besar sulitnya memahami apa-apa yang ada di Bumi ini. Tak terjangkau oleh akal saya dan juga manusia selain saya. Ada saatnya kita berhenti untuk berpikir. Sebagai orang yang beriman, percaya dan lakukan saja apa-apa yang diperintahkan dalam agama. Dan juga menjauhi apa-apa yang dilarang dalam agama. Dalam agama saya (Islam) saya menemukan hadist yang mendukung pernyataan saya.
Terus terang ini jawaban terbaik dari masalah keyakinan saya selama ini. Rasulullah SAW bersabda, “Biarkan apa yang aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyak bertanya dan menentang Nabi mereka. Apa yang aku larang untuk kalian maka hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan  kepada kalian maka hendaklah kalian mengerjakannya sedapat mungkin.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Barangkali anda juga pernah mengalami apa yang saya alami. Sebelum akhirnya menemukan keyakinan yang kuat dalam agama anda. Jika belum, mungkin pengalaman saya ini bisa membantu dan menjadi inspirasi bagi anda. Saya hanya berpesan, jangan sampai anda kehilangan kesempatan untuk meyakini dan melakukan segala hal yang diajarkan dalam agama anda. Dalam beragama (apapun), modal utamanya adalah rasa percaya, ketaatan, pengetahuan dan kesabaran. (Sri Widodo, ST)

FALSAFAH JAWA


Lelakone wong bodho kang kasurang-surang, iku dadi piwulang tumrap wong pinter kang nedya maju. Suwalike lelakone wong pinter kang aweh kabegdjan, iku ora mesti bisa dadi wulangan tumrap wong bodo. 

Artinya:
Kisah orang bodoh yang terlunta-lunta, itu pelajaran bagi orang pintar yang ingin maju. Sebaliknya kisah orang pintar yang memberikan keberuntungan/kesuksesan, itu belum tentu bisa jadi pelajaran bagi orang bodoh.

Jen siro anjrengeni wong lija marga wong mau lali lan kleru---sira kudu eling, jen sira dewe ija nate lali lan kleru kaja wong kang sira srengeni mau.

Artinya:
Jika anda memarahi orang lain karena ia lupa atau berbuat salah---anda harus ingat, bahwa anda sendiri pernah lupa dan berbuat salah, sama seperti orang yang anda marahi.

Jen sira krungu panemune lijan kang ora tjotjog karo gegebenganmu dewe, ajda kesusu wantjahi. Elinga, jen titahing Pangeran iku pantjen warna-warna lan beda-beda sifate lan panemune.

Artinya:
Jika anda mendengar pendapat orang lain yang tidak sesuai pendapat anda, janganlah segera dibantah. Ingatlah makhluk ciptaan Allah itu beraneka ragam dan berbeda sifat dan pemikirannya/pendapatnya.

Jen sira kasinungan ndarbeni radja brana akeh, adja dumeh sugih, banjur lali  marang purwaduksina, lali marang pakarti utama.

Artinya:
Jika anda memiliki harta kekayaan yang melimpah, jangan sombong, sehingga lupa segalanya, lupa dengan tingkah laku utama.

Djamu iku umume rasane pahit lan ora enak, nanging bisa marasake lelara. Mengkono ugo pangudi bisane ndarbeni kabegdjan iku ora gampang lan sok nemahi lelakon kang pahit.

Artinya:
Obat itu umumnya rasanya pahit dan tidak enak, tetapi bisa menyembuhkan penyakit. Begitu juga usaha untuk mencapai/memiliki keberuntungan/kesuksesan itu tidak mudah dan kadang harus menemui peristiwa/kisah yang pahit/sulit.