Ya Allah, Tuhan semesta alam. Jadikanlah kami Bercahaya, Jadikanlah kami seperti Matahari, Jadikanlah kami seperti Bulan, dan Jadikanlah kami seperti Bintang-Bintang di langit.
Kamis, 16 Juni 2016
RIBUT PERDA RAMADHAN; ANDA PERNAH NYEPI DI BALI?
Ippho
Santosa adalah seorang penulis, pembicara, motivator dan pengusaha muslim
Indonesia. Berikut tulisan dari Ippho Santosa terkait berita yang lagi rame,
Perda yang mengatur warung makan di bulan Ramadhan.
Tulisan ini
diposting di fbnya (Selasa, 14/6/2016). Selamat menyimak…:
Pernah Nyepi
di Bali? Keluarga saya pernah. Seperti yang kita tahu, saat Nyepi, hampir semua
kegiatan ditiadakan. Contoh, selama Nyepi keluarga pasien di berbagai rumah
sakit tidak boleh keluar RS dengan alasan apapun. Stok makanan pun harus
disiapkan, mengingat warung di sekitar RS juga tutup.
Selama
Nyepi, bandara tutup 1 hari dan ratusan penerbangan ditiadakan. Perbankan tutup
sampai 3 hari. Anda mungkin menyebutnya aneh dan rugi. Tapi sebagian pengamat
menyebutnya unik dan hemat. Di atas segalanya, itulah tradisi dan keyakinan
mereka. Hargai. Akan indah jadinya.
Anda masih
protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Bali? Apakah pendapat Anda dianggap
penting bagi warga bali? Jika tidak, baiknya Anda diam saja. Hargai. Konon pemilik
sebuah toko seluler di Kuta Bali pernah menghina tradisi ini. Yah wajar saja
kalau warga merasa geram. Lalu, sebagian mengamuk dan merusak toko itu.
Setiap hari
Minggu, di sejumlah kota di Papua, salah satunya Jayawijaya, warga dilarang
jualan. Apapun agama mereka. Itu artinya 52 hari dalam setahun. Kalau Ramadhan,
cuma 29 atau 30 hari. Saya pribadi pernah berkunjung ke tiga kota di Papua dan
saya melihat ini diatur melalui Perda. Anda mau protes? Tunggu dulu. Apakah
Anda penduduk Papua? Apakah pendapat Anda penting bagi warga Papua? Jika tidak,
baiknya Anda diam saja. Hargai.
Setuju atau
tidak, inilah Perda. Selama Ramadhan, rumah makan di beberapa kota, termasuk
Serang, diminta untuk tidak beroperasi siang-siang, cukup sore dan malam saja.
Di berbagai kota di Sumatera juga begitu, dengan atau tanpa Perda. Anda protes?
Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Serang? Apakah pendapat Anda penting bagi
warga Serang? Jika tidak, yah diam saja. Hargai.
Di Texas,
warga biasa boleh menyimpan senjata api di mobil dan di rumah. Sementara di
negara bagian lainnya di AS, tidak boleh. Ini ‘Perda’ mereka.
Perda
berasal dari aspirasi rakyat setempat. Artinya kebiasaan ini sudah berlangsung
puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Perda walaupun usianya baru sekian tahun
atau belasan tahun berusaha mengukuhkan aspirasi ini. Semoga kita bisa memahami
dan berhenti menghakimi.
Boleh-boleh
saja kita berempati dan berdonasi kepada si ibu-ibu itu. Apalagi setelah
digiring dan didramatisir oleh media. Tapi pikirkan juga Perda yang telah
ditetapkan di Serang. Coba bayangkan, Anda buka bengkel di Bali ketika Nyepi.
Atau buka lapak ketika Hari Minggu di Kabupaten Jayawijaya. Ending-nya juga
sama, Anda bakal diciduk.
Saya awalnya
juga memprotes penggerebekan dan penertiban rumah makan di Serang itu. Kok
disita? Warga Serang merespons, “Untung cuma disita. Kalau menurut Perda, yah
denda puluhan juta. Dan Perda ini sudah berlangsung sejak 2010. Mestinya setiap
warga sudah paham walaupun buta huruf.” Fyi, kalau di Serang, mall juga mematuhi,
bukan cuma pedagang kecil. Alhamdulillah, ada TK dan SD Khalifah di Serang,
makanya sedikit-banyak saya tahu, hehehe.
Lantas
bagaimana dengan mereka yang tidak berpuasa? Non-muslim, musafir, orang sakit,
muslimah haid, hamil, dan menyusui. Tenang. Mereka telah mengantisipasi. Aman
kok. Terbukti mereka tetap tinggal di sana selama bertahun-tahun. Nggak protes.
Kok kita orang luar yang sok tahu dan mau menggurui?
Sebenarnya,
dalam pemahaman Yahudi dan Kristen ada juga anjuran untuk menghormati tradisi
puasa. Lihat Imamat 23: 29 dan ayat-ayat lainnya. Tentu saja ini tiada kaitan
sama sekali dengan dinamika muslim sekarang. Yah sekedar komparasi saja.
Saya pribadi
tak pernah menyuruh orang untuk menghargai puasa saya. Toh ini urusan saya
dengan Tuhan saya. Tapi saat suatu kota memutuskan sebuah Perda terkait
Ramadhan, tak ada salahnya saya dan kita semua turut mengapresiasi.
Bagaimanapun itu Perda, itu aspirasi.
Ramadhan
tahun lalu saya sempat menemani guru saya non muslim untuk sarapan. Bagi saya
nggak masalah. Tak mungkin saya tergoda dengan sarapannya. Btw, ibu saya rutin
puasa Senin-Kamis. Ketika saya makan siang, beliau sering menemani saya. Bagi
beliau nggak masalah. Itulah ‘Perda’ di rumah kami. Anda protes? Hehe. Share ya
(ts/portalpiyungan)
Sumber:
http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/ippho-santosa-ribut-perda-ramadhan-anda-pernah-nyepi-di-bali.htm#.V2G0quRPI1Y
Langganan:
Postingan (Atom)