Jumat, 17 April 2015

KACA WIRANGI



Serat Kacawirangi pada bagian ini menceritakan percakapan kupu-kupu yang berada di sebuah taman istana yang indah. Kupu-kupu yang berada di taman itu ada yang berwarna putih, merah, kuning, ungu, hijau, biru dan hitam.

Setiap kupu-kupu mengunggulkan warna yang dimilikinya. Kupu-kupu putih mengunggulkan warna putih sebagai warna yang melambangkan kesucian dan kejujuran. Kupu-kupu merah mencela warna putih sambil mengunggulkan warna merah sebagai warna yang tidak pucat, warna merah adalah warna yang indah mencolok dan merangsang penglihatan, anak kecil pun suka warna merah, maka kupu-kupu warna merah adalah kupu-kupu yang terbagus. Mendengar percakapan kupu-kupu putih dan merah, kupu-kupu kuning berkata bahwa, memang jika warna putih dibandingkan dengan warna merah lebih gagah warna merah. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan warna kuning, warna merah dan putih kalah indah, buktinya emas lebih indah dibandingkan dengan tembaga maupun perak. Warna putih itu pucat, warna merah memang gagah akan tetapi membosankan, sedangkan warna kuning itu tidak membosankan dan bergengsi.

Kupu-kupu ungu menyambung pembicaraan, ia menyatakan bahwa warna kuning itu juga masih membosankan. Warna merah dan kuning itu sifatnya ladak (mencolok) berbeda dengan warna ungu jinem nganggi guwaya (anggun merona), sederhana dan anggun.

Kupu-kupu hijau menyela, kalau warna yang baik itu warna putih, merah, uning dan ungu, kenapa semua tumbuh-tumbuhan dan dedaunan ditakdirkan hijau. Warna hijau di kebun, di sawah demikian juga taman-taman yang hijau tidak pernah membosankan jika dipandang. Oleh karena itu, warna hijau adalah warna paling unggul.

Kupu-kupu biru membenarkan pernyataan kupu-kupu hijau, akan tetapi Tuhan menciptakan warna biru lebih unggul. Buktinya udara, langit, air lautan dan gunung-gunung berwarna biru. Warna biru itu terdapat secara dominan di daratan, di lautan dan di angkasa; maka warna biru lebih unggul dari warna hijau yang hanya ada di daratan saja.

Kupu-kupu hitam berkata, bahwa warna hitam itu mengungguli semua warna, tidak ada satu warna pun dapat mengalahkan warna hitam. Pada malam hari semua yang ada di darat, laut maupun angkasa menjadi hitam. Tulisan dan gambar yang bersahaja juga berwarna hitam. Burung perkutut menyimpulkan isi cerita itu, yang disebut buruk dan baik itu sebenarnya tergantung pada anggapan perasaan. Apa yang sedang disukai itu yang kelihatan baik. Buruknya tertutupi.

Apa yang sedang tidak disukai, kebaikannya tertutupi. Orang yang berwatak korup, semua yang sedang disukai dianggap baik.

Ada peribahasa, orang suka tidak kurang-kurang menyanjungnya, orang benci tidak kurang-kurang mencelanya. Karena sudah menjadi kodrat Tuhan, manusia menyukai dirinya sendiri, maka tidak ada manusia yang bosan menyanjung diri sendiri.

Rangkuman dan translete Bagian 2

Burung perkutut melanjutkan cerita, ia bercerita tentang permata putih yang bercahaya. Permata itu berbicara kepada semua kupu-kupu, bahwa semua warna yang dimilikinya itu bagus, hanya sayang tidak bercahaya. Tidak hanya permata, manusia sekali pun kalau tanpa cahaya tidak ada kharismanya, tidak berwibawa dan disegani. Manusia seperti itu adalah manusia yang mengejar kebaikan rupa, kesenangan dan prestise; tidak mengejar pramana (cermin yang dapat menangkap bayang-bayang hakikat), keluhuran budi dan kejujuran.

Manusia dihormati dan disegani, karena menampakkan cahaya kebeningan budi warna putih, merah, kuning, ungu dan sebagainya itu ibarat karakter manusia, sedangkan cahaya adalah ibarat dari cemerlangnya budi. Jika dibandingkan dengan permata yang warna-warni tentu saja warna kupu-kupu akan kalah cemerlang, karena kupu-kupu hanya mempunyai warna sadangkan permata mempunyai cahaya.

Rangkuman dan translete Bagian 3

Pada bagian ini diceritakan tentang dialog antara berlian dengan para permata yang berwarna-warni. Berlian menyatakan kita sudah mengetahui bahwa keunggulan warna karena cahaya, tanpa cahaya warna tidak ada artinya. Berlian memberikan alternatif pilihan kepada para permata. Mereka diminta untuk memilih antara memiliki warna dengan cahaya yang sedang-sedang saja dengan tidak memiliki warna tetapi memiliki cahaya yang mengungguli semua yang memiliki warna. Keunggulan berlian yang tidak memiliki warna, terletak pada kemungkinan untuk menampung segala warna. Tidak semua yang tidak memiliki warna dapat menampung segala warna jika tidak memiliki keunggulan cahaya.

Arti dari cerita itu adalah
Manusia itu dapat memiliki daya tampung (terima), tidak cukup hanya karena kecerdasan ingatan. Namun harus tidak mempunyai watak, artinya tidak bersikukuh dengan watak hati, seperti suka dengan itu, benci dengan ini, suka dengan yang menyenangkan, mengeluh di kala susah, suka yang baik dan benci yang buruk. Singkatnya punya kesenangan dan kebencian dalam hati yang tidak dapat diubah.

Cahaya itu ibarat dari budi, warna itu ibarat dari rasa dan berlian itu ibarat dari orang yang cemerlang budinya tetapi tidak arogan dan dapat menundukkan keinginan pribadi. Manusia seperti itu dapat dipilih menjadi orang yang dituakan, dapat menerima atau menampung orang yang memiliki watak berbeda-beda, karena tidak memiliki watak sendiri.

Rangkuman dan translete Bagian 4

Burung perkutut melanjutkan ceritanya. Semua permata merasa rendah diri dibandingkan dengan berlian, apa lagi kupu – kupu. Akhirnya mereka sepakat mengangkat berlian menjadi raja mereka. Akan tetapi, berlian berkata bahwa masih ada wujud yang mengungguli kesempurnaannya. Cahayanya lipat seribu dibanding dirinya. Karena dia tidak punya warna sama sekali, maka ia mampu memuat warna pun lipat seribu, bahkan sekaligus mampu memuat semua bentuk.

Ia adalah cermin besar atau kaca benggala ageng. Cemin itu dapat dikatakan seperti batu, kupu-kupu, berlian dan sebagainya. Akan tetapi kalau batu itu buruk, tidak bening, dan tiga dimensi maka cermin tidak demikian. Cermin itu bening mengandung berbagai wujud, sebab cahayanya menyatu dengan rasa (rasa itu dalam bahasa Jawa dapat mengandung arti lapisan dasar cermin sehingga dapat memantulkan cahaya sekaligus dapat menangkap bayangan bentuk dan warna di depannya). Ia tanpa warna tetapi tidak kosong dan tanpa rupa (wujud).

Cerita itu mengandung arti, bahwa cermin itu ibarat/nisbatnya orang yang sempurna. Ia lupa akan dirinya yaitu tidak pernah menonjolkan dirinya dan keunggulan dirinya. Ia rela dikatakan rendah dan tidak menolak dikatakan unggul dan keikhalasannya tidak ditonjolkan. Ia tidak menyukai kebaikan dengan membenci kejahatan dan kesalahan atau sebaliknya menyukai kejahatan dan benci kebaikan.

Sumber: Terjemahan Kaca Wirangi karya Sodjonoredjo – Mantri Guru Karanganyar-Kebumen-Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar