Seorang kawan dari
Surabaya datang bertamu sehari. Biasanya teman saya datang ke tempat kami tidak
lama. Baru sebentar datang terus pulang lagi ke Surabaya. Paling beberapa jam.
Saya menilainya sebagai seorang yang kuat.
Suatu malam ia
ingin keluar untuk sebuah urusan. Ada seseorang yang diutusnya dibalik pintu
untuk memberikan dokumen. Karena tidak bisa membuka pintu lalu ia mencari saya
di kamar. Saya yang menyimpan kunci. Saya keluar kamar sambil membukakan pintu
rumah. Lalu ia bertanya, “Untuk apa pintu dikunci?”
Beberapa saat
setelah teman saya selesai urusan, saya menjelaskan kepadanya. Saya khawatir ia
tidak akan pernah paham selamanya. Saya mengatakan, “Untuk keamanan. Kami tidak
ingin terus menunggu (menjaga) pintu terbuka dan menunggu seseorang datang.
Kami juga menginginkan ketenangan dalam hati dan pikiran. Kami merasa tenang
jika pintu pagar dan pintu rumah itu terkunci. Terutama di malam hari. Di saat
terkunci, kami bebas melakukan aktivitas apa saja di dalam rumah.”
Saya juga
menambahkan, “Dahulu, orang yang pernah tinggal di rumah ini kehilangan
motornya karena dicuri. Beberapa bulan lalu, di tempat teman kos saya motor
hilang karena dicuri. Kunci pengaman dirusak. Pak Security juga pernah
bercerita terjadi. Tiba-tiba seseorang datang ke rumah membawa pistol dan
ditodongkan ke arah kepala tuan rumah. Karena takut motornya langsung
dikasihkan saja. Kami tidak ingin ada orang-orang masuk tanpa sepengetahuan
kami. Kami tidak ingin lalai. Kami tidak ingin hal-hal negatif itu terjadi.”
Saya tidak tahu
teman saya itu paham atau tidak. Saya hanya ingin mengatakan tentang kebiasaan
dan tujuan kami. Kami ingin mengatakan bahwa, “Keamanan dan ketenangan itu
penting!”
Di tengah malam
teman saya berpamitan untuk kembali ke Surabaya. Teman saya yang lain yang
mengantarnya di depan pintu. Ada taksi yang sudah siap akan mengantarnya ke
Bandara. Teman saya sudah memesan sebelumnya melalui layanan taksi secara
online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar